Sepenggal pelajaran hidup di cikuray.
Dua minggu yang lalu saya posting cari barengan tanggal 13 april dan ada beberapa yang nawarin.
Lalu akhirnya aku berlabuh pada ajakan seseorang ke cikuray, lalu ada yang lain join juga. Dia adalah
anak SMA dari tangerang. Singkat cerita kita berunding tenda dan alat masak lalu team bandung yang akan membawa tendanya.
Sesaat setelah saya dan anak SMA itu sampai di terminal garut team bandung dapat musibah dan mengatakan tidak bisa jalan. Beruntung saja kita ketemu dengan team tangerang 3 orang di terminal dan akhirnya kita gabung dengan mereka jadi kita semua ada ber-6.
Keril saya yang dipenuhi alat-alat modal buka indomaret di puncak pun terasa lebih berat di banding dengan beban hidup ini.
Lalu dengan track yang aduhai di Cikuray saya gendong tuh keril dengan semangat membara. Kulirik 2 orang anak SMA itu hanya bawa ransel dan isinya alamak dikira mau main ke warung. Salah 1 dari mereka hanya bawa indomie tok, tak ada SB, baju ganti matras jaket dll ( mungkin dia sudah terlalu ahli).
Nah yang bikin ngenes itu tak ada 1 pun dari mereka ber-2 yg mau menawarkan diri atau sekedar basa basi membantu saya bawa modal jualanku, meskipun udah diliatin orang-orang. Lalu saya berpikir kita adalah orang asing yang bertemu di satu tempat dengan tujuan sama jadi tidak ada yang salah disitu wajar saja kalau mereka tak mau bantu.
Karena mereka tak ingin repot makanya bawa seadanya dan seringannya, dan saya bawa lengkap walau berat karena tak ingin jadi parasit untuk org lain.
Kulangkahkan kaki pelan-pelan dan akhirnya sampai di puncak bayangan dan dirikan tenda. Tenda kapasitas 4 orang akhirnya di huni oleh 6 orang dan kita bisa tidur nyaman dengan susunan yang sempurna. Walau tenda bocor tetap saja tak mengurungkan niat untuk tidur.
Satu diantara anak SMA ini sudah menggigil kedinginan dan tak tega juga saya melihatnya, kuselimuti dia dengan sarungku dan orang yang persis posisinya di depan ku juga kedinginan sampai menggigil lalu kupeluk dia untuk mengalirkan sedikit hangat tangan ini yang terbungkus 3 sarung tangan.
Kupanggil saja dia mr. X. Note : mr x tolong jangan baper meskipun ku peluk dan kuusap-usap tanganmu karena itu murni hanya pertolongan tak ada maksud apa-apa.
Paginya kita pergi kepuncak yang disambut kabut tebal jadi ga terlihat apa-apa. Sampai di puncak mereka sudah siap dengan tulisan ke cewe-cewe dalam hati ku bertanya apa yang cewe-cewe itu pikirkan jika mereka tau proses di balik tulisan itu. Apa mereka masih bangga di tulisin? Ah sudahlah.
Tiba akhirnya kita turun dan bawaan saya masih berat juga dan lagi si 2 orang anak SMA ini masih tetap setia dengan tas unyu nya. Ternyata turun itu lebih berat dari naik. Di tengah jalan lutut ini sudah hampir tak mampu menahan dan rasanya mau copot.
Untung di belakangku ada 2 orang team ranger yang sempat kusapa di puncak sebelumnya dan ketemu beberapa kali di pos. Mereka membawa keril saya di tengah-tengah kondisi saya hampir mencapai limit.
Sementara yang lain sudah terbang ke bawah dengan kecepatan yang luar biasa. Sebagai seorang manusia biasa tentu ada rasa kecewa dan kesal dengan mereka tapi itu tak.berlangsung lama karena kembali ku teringat kita adalah orang asing yang bertemu di 1 tempat.
Dari trip ini akhirnya kubisa lebih menerima lingkungan dan sadar di tengah-tengah keputusasaan pasti ada jalan dan hal kecil yang kita lakukan bisa membawa dampak positif di kemudian hari jadi jangan pernah berhenti melakukan kebaikan bahkan hanya sekedar senyum saja itu bisa bermakna luar biasa.
Aku sangat berterimakasih kepada team ranger, kepada seseorang di teamku yang sebut saja mr A yang selalu setia nungguin saya dari naik hingga turun meskipun tak bisa bantu meringankan beban bawaan tapi darimu aku tau arti keikhlasan.
Makasih juga untuk team yang ketemu di terminal karena sudah mau berbagi.
Oh ya air kita hanya seadanya karena anak SMA itu tak bawa air juga jadi diatas kita sempat minum air dengan tambahan vit H (jentik nyamuk).
Sampai akhir perpisahan pun tak ada kata terimakasih juga dari anak SMA ini meskipun saya sudah bayarkan simaksi mereka. Kembali lagi saya tidak keberatan tapi alangkah baiknya kalau kita punya etika sedikit saja.
Cewe diteam saya hanya saya sendiri dan setiap orang yang saya ajak bicara bilang sya aterlalu berani ambil resiko pergi sendiri dengan orang asing tapi menurut saya itu hanya pengalaman di sisi sudut lain dari aktivitas dunia ini.
Diperjalanan pulang pun sebenarnya belum habis cerita ini tapi akhiri disini saja ceritanya.
Semoga di grup ini tak ada makhluk langka seperti anak SMA itu ya.

No comments:
Post a Comment